Ada saat dimana kita mulai meragukan sesuatu yang kita percaya sedari dulu, dan mungkin saat-saat itu hanya akan muncul satu kali seumur hidup kita. Entah kita menjadi tidak percaya akan hal tersebut, atau rasa percaya kita akan tumbuh semakin besar.
Gue sedang dalam masa itu beberapa bulan terakhir. Yep, gue mulai ragu dengan apa yang gue percaya selama ini. Iman gue mulai goyah dikarenakan gue mulai memikirkan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh gue. Banyak banget hal-hal yang membuat gue ragu dengan keimanan gue, tapi entah kenapa gue tetap tidak mau melepas hal tersebut, karena ada beberapa hal yang membuat gue ingin terus percaya.
Gue berada dalam sebuah kekalutan dan ketakutan yang luar biasa. Serius, rasanya tuh aneh banget, saat kita mulai tidak mempercayai suatu hal, tapi sebenernya kita masih pengen percaya, namun sayangnya semua nya terasa sangat tidak masuk di akal.
Entah apa yang membuat gue menjadi seperti itu, yang pasti pikiran gue mulai terbuka dan menjadi lebih kritis. Gue tetep berdoa setiap malem, dengan keyakinan yang setengah-setengah gue jadi merasa berdoa hanyalah sebuah kewajiban.
Hidup gue mulai menjadi tidak sama lagi, gue mulai menganggap hal-hal yang berbau mistis adalah dongeng anak-anak, tetapi sekaligus gue hidup didalam ketakutan yang amat sangat akan sesuatu yang gue sendiri tidak tau apa itu. Jauh di dalam lubuk hati gue, gue masih terus ingin mempercayai seluruh keyakinan dan keimanan gue, tapi sayangnya gue ga bisa ngelakuinnya. Gue semakin jauh dan terhempas didalam kegelapan.
Bukan berarti gue menjadi orang yang tidak takut melakukan dosa, berbuat seenak hati tanpa aturan yang bersifat memaksa, makhluk yang bertindak sesuai keinginan. Ga, ga sama sekali. Ga ada yang berubah dari hidup gue sedikitpun, selain keimanan gue yang memudar.
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sampai detik ini pun belum bisa gue jawab, contoh nya : "Jika gue lahir di Arab, akankah gue tetap mengimani sesuatu yang gue percaya sekarang? Apakah ini hanya karena bawaan lahir?", "Apakah jika gue menganut suatu agama dengan sungguh-sungguh, selalu berbuat baik, tetapi jika di akhirnya agama yang gue anut itu salah, gue akan tetap masuk neraka?", dsb. Banyak banget yang gue bingungin.
Gue ada di titik dimana gue mulai berani mengkritisi apa yang gue anut, sekaligus gue mulai takut jika kenyataan yang sebenarnya tidak berjalan sesuai dengan yang gue percaya dan gue inginkan untuk percayai. Gue mulai hanyut di dalam lembah kegelapan dan keterasingan. Gue iri dengan orang lain yang bisa mempercayai kepercayaannya tanpa pernah mempertanyakannya satu kali pun.
Sampai di suatu malam, di bawah terangnya sinar rembulan dan padatnya Ibu kota tercinta kita ini, saat itu suasana nya mengharu biru, pikiran gue mengawang-awang tanpa arah. Gue sedang terjebak diantara puluhan mobil yang merayap secara perlahan-lahan. Dalam kesendirian, gue mendengarkan sebuah lagu yang membuat jiwa gue terasa rindu. Judulnya home, by Brian McKnight. Awalnya gue sama sekali ga tau ini tuh lagu apa, sampai gue ga tau harus ngelakuin apa lagi di tengah kemacetan ini, selain hanya meresapi lagu ini adalah sesuatu yang dapat gue lakukan.
Gue mendapati bahwa, gue mulai konyol dan gue sendiri yang meninggalkan semua keimanan gue ini. Gue tersesat karena gue sendiri memilih jalan yang salah, dan gue sadar sepenuhnya jika gue salah. Gue rindu dan serasa mendapat panggilan hati.
Sampai detik ini, masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal di dalam pikiran gue sebelumnya pun belum bisa gue jawab. Tapi entah kenapa gue uda ga memikirkannya lagi. Dan yang gue syukuri dari sifat kritis gue, ternyata hal tersebut membuat gue tidak mengimani sesuatu hanya karena keadaan, kebetulan, dan iman buta. Gue mengerti dengan makna-makna yang gue lakukan sebagai perwujudan tindakan nyata akan kepercayaan yang gue imani. Gue menjadi sedikit lebih paham tentang sejarah panjang kepercayaan gue, sedikit lebih paham tentang ajarannya tersebut, dan jika gue ditanya sebuah hal yang berbau dengan kehidupan dan keimanan, gue tidak akan menjawab dengan, "Gatau dah, agama dan logika kan berbeda" seperti yang orang-orang lain jawab pada umumnya. Dan yang pasti gue beriman bukan tanpa alasan, atau bawaan dari lahir. I'm pleased :)
oh ya, dengerin deh Home nya Brian McKnight versi nya Guy & Chris Sebastian. Really-really touching :D
NB : Bukan berarti setelah ini, gue jadi rohanian banget, ato jadi anak Tuhan banget loh. Gue ga mau mengecewakan orang-orang dengan mengaku-ngaku gue adalah anak gereja, karena hidup gue sendiri pun sebenarnya masih banyak cela nya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar