Oh ya FYI, I think because this is about Indonesia, consequently i should write in Indonesian Language. Well, you know most Indonesian people don't like to read anything about scientific, or journal, or something. Plus if i write in english, this only make things worse.
As I Mentioned before, i've read Planned of Behavior by Icek Azjen, before you start to read my assumption, better you check about Planned of Behavior. The most important things about Planned of Behavior are :
1. Sikap terhadap tingkah laku tertentu (attitude toward behavior)
- Behavioral belief: an individual's belief about consequences of particular behavior. The concept is based on the subjective probability that the behavior will produce a given outcome.
- Attitude toward behavior: an individual's positive or negative evaluation of self-performance of the particular behavior. The concept is the degree to which performance of the behavior is positively or negatively valued. It is determined by the total set of accessible behavioral beliefs linking the behavior to various outcomes and other attributes.
2. Norma
subjektif (subjective norm)
- Normative belief: an individual's perception of social normative pressures, or relevant others' beliefs that he or she should or should not perform such behavior.
- Subjective norm: an individual's perception about the particular behavior, which is influenced by the judgment of significant others (e.g., parents, spouse, friends, teachers).
3. Persepsi
tentang kontrol perilaku (perceived behavior control)
- Perceived behavioral control: an individual's perceived ease or difficulty of performing the particular behavior (Ajzen, 1991). It is assumed that perceived behavioral control is determined by the total set of accessible control beliefs.
- Control beliefs: an individual's beliefs about the presence of factors that may facilitate or impede performance of the behavior (Ajzen, 2001).The concept of perceived behavioral control is conceptually related to self-efficacy.
Oke, gue akan menjabarkan nya 1-1.
1. Attitude toward behavior :
Kebanyakan orang Indonesia ga gitu percaya dengan konsekuensi, mereka jarang mikir bahwa apa yang mereka lakukan akan menghasilkan sebuah akibat. Mereka lebih percaya takdir. Jadi, mereka mikir kalo mati mah ya mati aja. Consequently, di jalan pun mereka sembarangan. Mereka ga pernah mikir bahwa kelalaian mereka saat berkendara, saat mereka dengan sengaja melanggar lalu lintas, saat mereka hajar sana-hajar sini, saat mereka ga pake helm itu dapat berakibat buruk bagi orang lain dan dirinya sendiri. Mereka sebodo amet, toh seandainya mereka kenapa-kenapa di jalan juga, kan tinggal kabur. Kalo ketangkep polisi, tinggal sogok. Kalo mobilnya nabrak, tinggal claim asuransi. Kalo motor ditabrak, tinggal nyalahin yang nabrak walaupun sebenernya motor yang salah (itu juga kalo masih hidup sih). Intinya, mereka ga tau dengan akibat yang dapat mereka hasilkan dari kelalaian mereka. Mungkin ada beberapa yang tau, tapi mereka ga peduli. Prinsipnya cuma 1 : BODO AMAT.
2. Subjective Norm :
Seperti yang kita tau, lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana kita tumbuh. Bagaimana orang Indonesia bisa tumbuh menjadi anak yang taat peraturan dalam berlalu lintas, kalo sehari-hari aja ngeliat orangtua nya ngelanggar lalu lintas, nenek moyang nya naek motornya sembarangan, bokapnya nyetir angkot nge tem di jalan. Temen-temen nya naek motor kaga pake helm dan balap liar, hal itu yang mem viral kebiasaan buruk ini terus menerus ke dalam siklus yang ga pernah selesai. Orang tua nya aja ga pernah nganggap anak kecil umur belasan tahun nyetir sendiri lewat tol bahaya, gimana anaknya bisa tau bahayanya ngebut dan nabrak mobil orang di jalur sebrang sampe mokad. Yoi gak? Apalagi temen-temen nya para anak-anak orang kaya bawa boil semua dari masih SD. So, Kenapa doi kagak? gitu kali pikirnya ya.
3. Perceived Behavioral Control :
Mereka nganggap bahwa saat mereka naek motor sembarangan nyalip sana nyalip sini dan ga kecelakaan itu karena mereka jago naek motornya. Padahal mereka ga pernah mikir, andai mobil yang di salib kaga nge rem mungkin mereka uda kelindes. Mereka nganggap saat mereka nge tem in angkot yg mereka bawa itu wajar karena mereka cari duit, dan itu angkot mereka. Pada ga mikir apa ya kalo semua orang juga butuh duit, termaksud mobil belakang yang klaksonin mereka. Mereka ga mikir saat mereka melanggar lalu lintas dan ga ditabrak dari arah berlawanan itu cuma kebetulan semata, ato karena kendaraan dari arah berlawanan tersebut nge rem untuk menghindari kecelakaan. Ujung-ujung nya mereka yang salah eh malah mereka yang galak. Ini true story man, belom lama ini gue lagi nyetir dan gue harus belok ke kanan. Saat lampu lalu lintas uda menunjukkan lampu hijau, otomatis gue ke kanan dong sobb. Eh dari arah berlawanan gue yang notabene masih lampu merah malah jalan. Lah malah ngelanggar lalu lintas dan bikin macet. Otomatis karena kesel, gue klakson-klakson terus. You know what? Ada BUS Metromini yang ngelanggar lalu lintas tersebut mala ngebut, bales klakson dengan kencengnya dan ngeludahin gue. Gila. Kenapa jadi seakan-akan gue yang salah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar