Minggu, 02 Desember 2012

The Invisible

Pagi ini saat gue terbangun dari tidur yang lelap, gue mendapati bahwa langit pada hari ini ber-aura kan kelabu. Mendung, dan mengharu-biru. "Pagi yang basah untuk menikmati hari libur di hari minggu ini", pikir gue. Sambil menikmati kopi pertama pagi ini gue menatap ke langit dari teras rumah. Angin kering sedaritadi menghembuskan rambut gue, dengan sedikit pengharapan, gue berharap mentari dapat menampakkan rupa dan menyinari kota dimana gue tinggal.

 Didalam kekosongan dan cuaca yang dingin ini, gue jadi teringat tentang film yang gue tonton 2 hari lalu. Judulnya The Rise of Guardian. Film kartun yang menceritakan tentang Jack Frost, yang akhirnya menjadi salah satu pelindung anak-anak, sayangnya awalnya tidak ada seorang anakpun yang percaya dengan keberadaan Jack Frost, yang artinya tidak akan ada yang bisa melihat dirinya. Walaupun dia ada di dunia ini, tapi keberadaan nya tidak dipercaya, dirinya tidak dapat disentuh, dan rupa nya tidak dapat dilihat.

Gue demen banget melihat makna dari sebuah film, atau bacaan yang gue baca, ngumpulin quote-quote yang bagus, dan herannya ga lama kemudian gue lupa lagi quote-quote tersebut.

Kembali tentang film tersebut. Saat menonton film tersebut, entah kenapa gue ngerasa film itu touch-ing banget. Ya ga sampe bikin nangis sih, yakaliiii deh nangis gara-gara nonton kartun. Tapi makna dari cerita tersebut entah kenapa membuat gue tersentuh, seperti ada sebuah filosofi dan makna dari film tersebut. Sampai gue tersadar, ini film ceritanya mirip gue banget

Gue serasa memerani Jack Frost dalam film tersebut, sang pemeran utama. Lewat film tersebut, gue kembali flashback ke masa-masa dari gue kecil sampe sekarang gue udah berumur 20 tahun, dan menjadi pejantan tanggung (bukan pejantan tangguh).

Jelas gue ga invisible beneran, gue hidup didunia ini dan keberadaan gue nyata untuk dilihat orang lain. Tapi gue ngerasa mungkin gue "invisible" dalam makna yang lain. Gue jadi ragu dengan keberadaan dan kehadiran gue didalam kehidupan ini. Dari kecil, gue terbiasa ngelakuin segala sesuatu dan mengarungi kehidupan ini sendiri. Gue belajar untuk jadi mandiri didalam kehidupan ini, dan tumbuh tidak seperti anak-anak lainnya.

Lewat seluruh pengalaman hidup gue, gue ngerasa seandainya gue ga lahir pun ya ga efek juga, karena bisa jadi sebenernya gue ga di butuhin oleh orang-orang terdekat gue. Gue ga pernah kayak anak-anak lainnya yang bisa cerita apapun ke orangtua kalo lagi dapet masalah, ato menghabiskan keseharian bersama orangtua, dan anggota keluarga lainnya. Gue terlanjur terbiasa menjalani kehidupan ini sendirian, tanpa siapapun. Itu yang membuat gue berasa "invisible" dan kehadiran gue tidak memiliki arti. Meskipun gue hidup serumah dengan bokap gue, tapi ada ato ga ada nya gue dirumah ya ga ngefek juga. Sebaliknya, keberadaan bokap gue dirumah pun ga memiliki efek yang besar buat gue. Meskipun hidup seatap, gue jarang ketemu dan ngobrol macem-macem hal dengan bokap gue.

Gue menikmati setiap detik yang terjadi dalam hidup gue, gue ga mau munafik bilang mensyukuri semua nya. Pastinya banyak hal didalam hidup ini yang ga bisa gue syukuri, tapi bukan berarti gue mengutuk hal-hal tersebut, gue belajar untuk menikmati setiap persoalan, dan setiap kesenangan yang terjadi dalam hidup ini.

Dan yang terus gue tunggu dalam hidup ini, sampai ada seseorang yang percaya dengan keberadaan gue walaupun belum pernah melihat gue, sampai akhirnya Ia dapat melihat rupa gue yang sesungguh nya dan keberadaan gue didalam hidup ini jadi memiliki arti. Gue terus menunggu untuk dapat berarti bagi seseorang dan orang-orang lain disekitar gue.

 Kenapa gue terus menunggu? karena gue percaya, hal tersebut akan terjadi suatu hari nanti. Gue terus percaya hal tersebut, dan rasa percaya tersebut akan terus hidup didalam hati. Rasa percaya tersebut tidak akan pernah pudar dan terus tinggal didalam kepingan hati dan jiwa ini. Sama seperti saat, kita selalu percaya akan keberadaan Matahari, walaupun ada kalanya Matahari tidak menunjukkan sinar dan keberadaan nya untuk beberapa saat seiring dengan awan yang menutupinya.

Hanya karena terkadang matahari tidak menunjukkan dirinya, apakah kita dapat percaya bahwa dalam 1 tahun, terdapat 1 bulan saat matahari benar-benar tidak muncul? atau dapatkah kita meragukan keberadaan matahari hanya karena terkadang sang mentari tidak muncul dan hanyalah tetesan hujan yang turun ke permukaan? Ya, gue tidak akan pernah berhenti mempercayai keberadaan matahari, meskipun hari ini mendung, dan sinar mentari pun tidak terlihat ke permukaan.